- Lokasi
Desa Gumelem, Banjarnegara, Jawa Tengah.
- Cerita
Hari berlalu seperti biasanya. Jarum jam bergerak ke arah kanan. Tetapi ada yang membuat hari ini spesial karena saya kedatangan tamu. Ya ! Seorang traveler dan juga blogger dari Jerman bernama Matthias ( https://sandflug.wordpress.com/ ). Dia hendak menuju Pangandaran, Jawa Barat setelah menghabiskan waktu di Yogyakarta. Saya menawarkan untuk mengunjungi Jawa Tengah, tepatnya Banjarnegara yang memiliki daya tarik wisata yang begitu indah. Pagi itu kami berangkat menuju Desa Gumelem. Sebuah desa wisata Banjarnegara yang dikenal berbagai macam objek wisatanya. Kami mengendarai motor menuju kesana sekitar 80 menit dari pusat kota ke arah barat. Matthias sangat menyukai Banjarnegara terutama makanannya, lezat katanya.
Kami tiba di Gumelem dan tempat yang kami singgahi pertama yaitu tempat pembuatan batik oleh Ibu Mirah. Batik Bu Mirah adalah batik terkenal di Banjarnegara. Beliau memasarkannya ke mancanegara dan batik gumelem memiliki corak yang khas dibanding batik lainnya seperti motif dawet ayu. Ibu Mirah mempersilahkan kami melihat proses pembuatan batik dari awal kain lalu diberi lilin dan motif lalu proses pencelupan. Matthias amat senang karena dia dipersilahkan untuk mencoba membuat pola batik meski pada awalnya amat sulit baginya. Proses pewarnaannya pun terdapat yang alami, semi-kimia, dan kimia. Tentu warna alami harganya lebih mahal. Matthias membeli beberapa batik dan tas untuk teman-temannya di Jerman, dia berkata bahwa teman wanitanya akan menyukainya.
Langkah kami belum berhenti. Daya tarik lainnya adalah pandai besi. Di Gumelem terdapat banyak sekali pandai besi, sekitar 24 lokasi ! Setiap lokasi ditempati oleh 3-4 pekerja. Mereka membuat arit, golok, pacul, dan alat tani lainnya. Mathias amat sangat penasaran pada proses pembuatannya karena disini masyarakatnya membuat dengan cara tradisional yaitu ditempa berulang-ulang. Produk-produk pandai besi ini pun dipasarkan ke berbagai kota disekitarnya.
Tak jauh dari tempat pandai besi, kami menuju pemakaman Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Gumelem yang dahulu adalah raja desa Gumelem. Kami perlu mendaki bukit untuk sampai ke puncaknya. Mathias amat lelah karena cuaca begitu panas hari itu. Sebelum masuk ke pemakaman kami meminta ijin kepada juru kunci untuk mengunjunginya. Matthias melihat-lihat sekeliling pemakaman dan dia sedikit bingung dengan tradisi unik masyarakat Gumelem yang rela membersihkan kuburan rajanya setiap hari.
Saat itu kami melihat beberapa duduk-duduk di aula bersama juru kunci dan mereka membawa nasi tumpeng, sayur, pecel, dan lain-lain. Sungguh tak diduga, kami diajak makan bersama oleh warga. Tak dapat ditolak, kami yang lapar tentunya langsung menerima ajakan tersebut. Matthias mencoba memakan sayuran yang dicampur dengan lebah dan tempe. Meski rasanya aneh baginy tetaplah nikmat. Warga sekitar meledek-ledek Matthias dengan bahasa Inggris seadanya. Kami tertawa lepas akibat ulah seorang bapak yang berbahasa Inggris begitu lucu hendak menawarkan sayur lalap kepada Matthias.
Selesai? belum ! Setelah lelah kami menuju tempat wisata terakhir. Matthias meminta untuk berjalan kaki menuju tempat itu meski butuh 30 menit jalan kaki. Kami menyusuri pedalaman Desa Gumelem dan tentunya banyak warga desa yang tertarik dengan kedatangan bule di desanya, seperti pada umumnya hahaha. Matthias melihat warung yang menjual rambutan dan dia membeli seikat rambutan. Pemilik warung hanya tertawa melihat ulahnya yang menawar menggunakan bahasa isyarat, Matthias tampak senang dapat berinteraksi dengan warga dan anak-anak begitu pula saat dia melihat ayam jago. Matthias amat senang melihat ayam jago dan dia mencoba mengambil gambar seekor ayam ! Sesampainya di tempat ini kami segera mengganti baju. Kenapa kami mengganti baju? Kami mengunjungi sebuah pemandian air hangat yang terletak di dusun Pingit. Tempatnya amat sepi dan suasananya begitu indah. Tidak banyak orang tahu tempat ini padahal akses jalannya sudah dipermudah. Kami bercengkrama pula dengan remaja-remaja yang ada disana dan merelaksasikan tubuh ini.
Matthias amat menyukai wisata di Jawa Tengah khususnya Banjarnegara (sehari sebelumnya kami mengunjungi Dieng). Dia berkata akan kesini lagi suatu saat dan meminta saya menemani mendaki Gunung Sumbing setelah melihat postingan saya tentang Gunung Sumbing. Saya pun berharap wisata Jawa Tengah semakin dikenal, bukan hanya untuk sekedar selfie tapi juga wisata yang memberikan edukasi.
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah
haseekkkkk ada versi bahasanya, jadi aku meding hahaha
LikeLike
meding? -_-
LikeLiked by 1 person
mudeng hahaha
LikeLike
pelan-pelan loh ngetiknya haha
LikeLiked by 1 person
ini juga udah pelan kok hahaha
LikeLike
ternyata kamu mirip banget sama bapakmu…lah iya lah wong anake wkwkwk
LikeLike
sungguh tak penting komentar ini -_-
LikeLiked by 1 person
Tp…lbh g pnting lg…kok dibales 😂
LikeLike
aku kurang ke tukang besi dan batiknya, mesti balik lagi kayaknya hmmm
LikeLike